lundi 8 septembre 2014

Apakah teater tigadunia? tapa sudana menyajikan haturan

Apakah teater tiga dunia?
Teater yang berparameter tiga:

  1.  mencerdas pikiran pencipta penterjemahnya, 
  2. umur kehidupan karyanya panjang menmanjang mengabadi, 
  3. rubah merubah mengembang mentransformasi sang actor, penonton dan lingkungannya, micro/macro kosmos kejalan harmoni diri dan lingkungan.
pikir, bayu, badan,
idé, tenaga, kenyataan/kebendaan.

ahhh, teater .... drama, kata buatan orang Yunani (?)

Menghormat pada para pemandu saya:
Putu Wijaya dengan Teater Mandiri Jogya yang pernah saya ikuti dan berkarya bersama. 1968-1970.

WS Rendra dengan Bengkel TEater Jogya yang saya ikuti karya ciptaannya: Qasidah Bardjandji, Oedipus, Macbeth, Hamlet, Pangeran Homburg, Mastodon dan burung Kondor akhir bhakti saya di Bengkel ditahun 1971 (73?)

Sardono W Kusumo yang menyertai saya dikaryanya "La Sorcière de Dirah", touring in Europe and Teheran ditahun 1974.

Dalam tulisan yang senantiasa berkembang ini, dan yang ingin berlanjutan dimarga teater kehidupan, saya berusaha menggunakan kata-kata bahasa Indonesia , kata yang telah lama mengakar tumbuh dibumi Nusa Antara kepulauan Indo Nesia, Indonesia (trimakasih deklarasi Soekarno-Hatta). Tetapi, bila ada kenyataan atau pikiran yang telah populer di masyarakat maka kata yang mewakilinya saya akan hormati, gunakan dalam peredaran pemaparan ilmu pengetahuan. Sesuatu yang berakar dibumi, apalagi dalam tembusan akarnya dibumi, maka panjang nun jauhlah cakrawala gemanya diangkasa. Dimana langit dijunjung? lihatlah dimana kaki berpijak. Antara bumi dan langit, manusia mengada bersama saudaranya sang tetumbuhan dan segala jenis binatang. Maka, rumusan ilmu angka, mathematik, yang satu (yang awal, sang hyang pemula) mencipta 2, 2 melahirkan yang ke-3. dan tiga unsur mengembang segala dalam tiga jenis kehidupan tersebut terdahulu.

Mari kita pakai kata: sandiwara tiga dunia.
Meresapi dan diresapi oleh sandi sandi kehidupan, wewarahan (bhs.Bali Jawa kuno, bahasa dulu di kepulauan Nusantara Indonesia) dan memperkenankan peresapan itu memasuki tiga dunia manusia:


  1. pikir, akal, segala yang diproses, dimasak di otak manusia, seni cipta, (acep di mata ketiga, adnya cakra)
  2. bayu hidup,  termasuk segala warna warni perasaan, segala manifestasi kehidupan dalam bentuk pemekaran (expressi) emosi, seni suara, ...
  3. badan, aksi, gerakan, tingkah laku, pekerjaan sehari hari 
Pelajaran untuk para calon aktor yang mulai saya rangkaikan sejak tahun 1975 di Perancis, berawal dari Himpunan PATRA, group teater tari yang dicipta oleh I Made Netra dan I Gede Tapa Sudana di Geneva. Grup teater ini terbentuk ketika saya dan Netra (almarhum) berkreasi di Geneva bersama grup teater di Geneva. Kedatangan kami ke Eropah, ditahun 1974, bulan february yang dingin, dibawa oleh Sardono W.Kusumo dengan pertunjukkannya :"La Sorcière de Dirah", diundang oleh Jacques Lang (pernah menteri kebudayaan Perancis). Grup tari, teater, penabuh, penyanyi dari Jawa dan Bali juga ada 4 anak laki umur sekitar 10 tahunan. La Sorcière de Dirah keliling di Eropah hingga Iran ditahun 1974 itu. Begitulah di Italia namanya "La Strega di Dirah", Roma dan Firenza.
Lebih lanjut tentang perjalanan saya mengembara bisa dilihat disini, singkatan CV saya.

Teater Tribuana, Sandiwara Tiga Dunia yang ingin saya persembahkan untuk Indonesia, Nusantara Indonesia, adalah hasil dari cocok-tanam-tumbuh-mekar saya di Eropah, Amerika, Afrika dari tahun 1974- sekarang 2014. Ada beberapa blog yang saya bikin, ada ratusa video di youtube yang saya rangkai bayangan dan musiknya, dari karya karya saya. Kata pencarian di internet: Tribuana, Tapa Sudana, Teater, dalam beberapa bahasa: Inggris, Perancis, juga ada terjemahan dalam bahasa Italia, Spanyol dan Yunani yang dibikin oleh murid  peserta workshop Tribuana, Theater Tribuana dan Theater of Life;

Untuk lebih nyata bersama ini ada beberapa rangkaian kaitan internet, links:

Theater Tribuana http://theatretribuana.blogspot.fr/
Tribuana theater of Life  http://tribuana-theater-of-life.blogspot.fr/
Gym Tribuana http://gymtribuanabali.blogspot.fr/
Champa Tribuana  http://champatribuana.blogspot.fr/
Tongkat Tribuana  http://tribuana-tongkat.blogspot.fr/
Workshop Tribuana  http://tapasudana.blogspot.fr/2008/03/tribuana-theatrical-workshop-2008.html

Masing masing blog memuat juga kaitan dengan video youtube, misalnya tentang workshop tribuana, dilakukan di studio, sekolah teater, permintaan gedung teater, didesa, dihutan, dialam  diluar suasana sekolahan, ....
Di Caracas, peserta seminggu workshop tribuana, peserta dibawa dengan satu bus ke hutan. Disana kita bisa mengolah kerja organisasi hidup bermasyarakat, membuat totem ditempat yang dipilih diantara keperawanan alam.

Ditahun 2013, seorang siswa Tribuana (Antonio Cargnello dari Teatro Invisibile, Padova, Italia) telah menciptakan Marga Pura , satu bentuh dari cabang Tribuana theater of Life, dalam gaya pesantren atau ashram, atau pencarian "diri", dengan jalan teater tribuana.

logo tribuana, terdiri tiga bentuk, 3 forms:

  1. segitiga, melambang pikiran, mencipta idea, isi kepala, komputer-bio.
  2. lingkaran mengelips, melambang isi rongga dada dan perut, sarana merubah mencipta materi menjadi tenaga bayu hidup, rongga Einstein: E=cM
  3. segi empat melambang materi, kebendaan, pencipta memperbanyak ciptaan hidup yang ada, menganak beranak, yang sebetulnya bisa di rumuskan secara inti 2x2, dua unsur, laki perempuan, yin yang, bapa+ibu=anak-anak, pos+neg = listrik, dst.
Apakah mata pelajaran Tribuana?
Bagaimana berlakunya di "sekolah teater?" , di workshop ? di kehidupan sehari-hari?

Nah, mulai hari ini, 2 september 2014, saya akan berusaha menterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, apa yang telah saya tulis di blog-blog diatas, sebagai catatan sang WAKTU, bethara KALA . Itu sudah tentu terimakasih atas keterampilan saya yang senonoh tak beraturan.

Saya, ahhh
Sahaya, adalah sejenis hamba yang memangku tugas kewajiban apa yang telah sedang dan akan diadakan oleh Dharma,  Aturan Alam Semesta (ada yang menyebut HUKUM ALAM ABADI = Sanatana Dharma)

Sedikit pandangan saya, saha, hamba, pemangku, sebagai satu planet di angkasa kemanusiaan.
Coba renungan dan bayangkan sejenak: kita manusia yang terorbit di bumi kehidupan, dan di sono oOOOO, onok, ada lah sang MataHari, sang Surya, sang Cahaya (yang bercahaya menerang, mencipta dan membakar menghapus) yang tampaknya selalu beredar dilangit bumi, yang sebetulnya membawa planet-planet iringannya: mercurius, venus, bumi, mars, jupiter, saturnus, uranus, neptunus, pluto ...... 9 planet (ahh, ada cuma 9 angka, satu kebetulan). sang surya berkeliling menorbit maha marga yuga yang konon kurun waktunya 24 000 tahun (dibulatkan, dipergampang dari 25900 tahun)

dans tak terlupakan, jangan dilupakan bagi orang yang menghirau pengaruh zodiak 


Astrology sebagai marga agama, ilmu pengetahuan, marga kehidupan, filsafat, dll. yang ada, telah ada dan akan mengada.

Nah sadar akan posisi ke a d a an kita didunia ini, lahir pada detik tertentu dilangkaian WAKTU semesta angkasa raya.
Apakah pertanyaan yang muncul diotak? Siapa saya? Apa peran saya? Tugas saya, dari tugas kewajiban mengambil hak. Ataukah dari hak ke kewajiban? 

Siapa yang memerintah? Pemerintahan atau kesadaran diri sendiri?

Marga kesadaran adalah marga utama dari teater tigadunia.

Negara Indonesia yang terdiri dari rangkaian pulau-pulau Nusa antara puluhan ribu banyaknya, beberapa penduduknya, pulaunya telah ditembusi oleh beberapa liran budaya, aliran agama: Budha, Hindu, Islam, Kristen, Katholik, .... yang pada awal mulanya mereka percaya akan adanya roh di lingkungannya, roh yang bisa disebut Hantu atau Tuhan yang menghantui manusia sekarang, bila kita tak sadar bagaimana menterjemah keadaan, menterjemah kata-kata, menterjemah emosi epressi.

Seni Sandiwara, seni meresap dengan panca indera, lima pintu alat peresapan kemanusiaan; seni merasa, mengerti, mengarti, meninterpretasi, menterjemah untuk? hmmmm, disinilah medan olah cocok tanam memekar hasil renungan ke karya, ciptaan bersama. Seni sandiwara memungkinkan kita membengkeli wahana sang roh yang perlu dibenahi, agar jalan, tingkah, olah plahnya dikehidupan mementaskan kebjijaksanaan keindahan aneka watak kemanusiaan yang beradab. Disini kita perlu mempertanyakan, meneliti bagaimana menghidupi olah Kepribadian yang beradab? ke Tuhanan yang disebut Maha Esa di Panca Sila dasar negara Indonesia Nusantara. Bila Tuhan itu satu, Maha Esa, maka, cobalah Tuhan tanpa nama, tuhan tanpa agama yang menfanatik, tik tik menitik, tapi menerus menembus kata kata.

Mas Willy, W.S.Rendra yang saya temani di gerak nurani di Ketanggungan Wetan malam malam hingga dini hari, nyepi ke kuburan Kota Gede, Camping culture di Parang Tritis, Mengolah kasih di Sendang Kasihan ..... Ketanggungan Wetan Jogyakarta telah mencetak seorang Rendra yang merenda dirinya menjadi "mobil bengkelannya" sendiri. Belau telah menembus dua agama di Jogya dengan dua istrinya: Katholik dan Islam, ..... hmmmm, baru hari ini, dicerah mentari musim gugur di Montreuil, Timuran Kota Paris, saya dikerlipi sinar mentari menjelang bulan purnama di siang ini, 8 september 2014, menseri senyum, berkata:" Apakah mas Willy sang perkasa petualang yang jalang akan mengurak lain agama lagi untuk membengkel roh manusianya, menyelusuri roh pecinta pemangku pencipta semesta yang satu itu, yang mengakar dibumi pertiwinya? ....." Leluhur yang diluhuri, akan memashur satu ketika, meski para pemandu hanya meninggal nama dan karya, karya semoga masih membara, ...dengan hembusan prana bayu akan mengapi menerang memasak waktu ....
semoga, marga keharmonisan lahir segera.... menyegar seni menterjemah dalam cipta karya seni tiga dunia, seni kata, seni swara/musik, seni gerak.



....bersambung ...


Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire