lundi 22 décembre 2014

Passing a useful tradition,transmission, balancing left and right, gender wayang Anak-anak Sukawati,





remembering my childhood in Bali, in the 1950's, awaken my peaceful feeling of well balance, smiley state of mind , energy and body. I regret now not to have the chance to learn it, even I have relative in my village at Banjar Pemedilan Denpasar, bapak Rindi from Tegallinggah, next village teaching gender,
but instead, I learn violin, guitar, and i joint an Orkes Kroncong, directed by my relative family : Bapak Wayan Suda....
what a waste time of my childhood, I feel now, but the sound of that music awaken something that has been printed as pattern in me.
There are age in childhood, children are/were very receptive ready to adopt a lot of thing, a lot of basic/foundation of future art, future way of pleasure, future job to enjoy in life.
The work and the question is to catch ant to cultivate the right moment in life, understand that NATURE in us has its own season of fertility, of blooming, of fruiting, of rooting ....
hmmmm
who is the master, the guide,

where are the school,
let's see 3 periods, grossly in 10 years step, fundamental one, in life education:

  1. there are school of body 0-10 years, free playfulness feeling, without judgement, ready to do and to play "innocently". Period of no ME.
  2. then comes school of emotion, energy of like and dislike, energy sexual as energy of ancestral creation/creativity, 10-20 year, emotional and fleshy love experiences. Good and bad fo ME.
  3. 20-30 year, head/thought/intelligence education., what science to understand and to master, university period, righ or wrong for ME
Please take care, and consider that the sex if it is stop there in sex pleasure,  plaisir d'amour charnelle, can become a product of pornography, and our period of time now we are subject of them .... if we lost control.
to elevate and to transcend that sexual energy of creativity, there are waiting for us the field of artistic exmpression/work ......
pondering on Soltice day 21st december 2014
now 22nd dec.

lundi 24 novembre 2014

Topeng Bali, I Gede Tapa Sudana & Mas Soegeng, Penasar, Punta Kartala



artikel ini berkembang dari waktu ke waktu, bila ingatan menang menjadi kenyataan, ....saya akan merabuk menyiram mencocok-tanam tulisan ini

Kenangan masa muda, ditahun 1980 an, dengan gamelan Ambasad Indonesia di Paris pimpinan bapak Dewa Putra Diasa, saya dengan Soegeng (Mas Soegeng) memainkan duet Punta Kartala sejak tahun 1975, dalam angkutan grup kecil kami: teater-tari-topeng PATRA: I Made Netra, Soegeng, I Gede Tapa Sudana, Jacques Fassola, Dewi (istri Netra). Memang anggota awalnya ada penari I Made Netra, aktor Tapa Sudana, dan seni rupa serba bisa Soegeng,  dan Jacques Fassola sebagai sopir, manager, pemain musik, guide, penampung pengembara kita keliling di Eropah dan Tunisia (festival Tabarka 1976, hmmm sekitar itu).

Terima kasih pada bapak Sardono W Kusumo yang melontarkan kita di orbit international via roketnya: "La Sorcière de Dirah" (Dongeng dari Dirah), tour keliling Eropah hingga festival Siraz di Irania ditahun 1974. Nyaris bergaya, meski tak tahu bahasa Perancis, thanks to Jacques Fassola our guide multi task, kami meneruskan dengan topeng Bali, tari, teater, musik .....yang rupanya secara tidak sadar ditahun itu, seni topeng sangat à la mode. Sudah tentunya Teater du Soleil d'Ariane Mnouchkine ingin melihat topeng topeng kita (grup Sardono waktu itu ada 30 orang, termasuk 4 anak Bali diantarannya Rina (chak Rina, Teges) umur sekita 10 tahunan). Aktor teater du Soleil datang melihat kita di teater Gaîte Lyrique, metro Reaumur Sebastopol, siang hari sewaktu tak ada pertunjukkan. Mereka dengan lahap menyambar topeng topeng yang kita bawa untuk Dongeng Dirah; hmmm, perasaan "angker" saya telah tertikam, tergores, aduhhh, sakit, melihat aktor mengenakan topeng dimukanya, dengan gerakan akrobasi, jungkir balik. Seni gerak barat (Eropah dan Amerika baru) mengolah dari gerak badan akrobatik untuk menghidupi roh yang ada di topeng. Sedangkan menurut asal dan pandangan serta pendapatan saya sebagai orang Bali, dan kandungan "seni olah budaya" kebanyakan orang Indonesia yang masih berbau Animis percaya akan kekuatan gaib di benda, tentu saya merasa aneh, aiiiii, kok gitu ya?!? seperti kurang menghormati. Orang Bali memangku kepala sebagai tempat yang suci yang tak pantas dilangkahi, seperti juga patung, arca singgasana roh yang menjiwai, taksu yang mencahaya kehadiran sang pregina (aktor), berwibawa, bercandra gaib "menakutkan" (ada rasa hormat, berbhakti, sujud, memelihara dengan rasa ....... dimana agama dengan kata "suci bertaksu sujud bhakti hormat" menuntun tingkah laku seorang aktor, pregina, orang yang berguna di kehidupan sebagai pencerita, pembangkit kesadaran, penerang sebagai guru memberi tauladan pelajaran hidup, sebagai "barometer/termometer masyarakat dan keadaan".

Ketika saya melihat pertunjukkan l'Age d'Or nya théâtre du Soleil waktu itu, sekarang saya menyadari bahwa marga pengolahan diri sebagai orang panggung/pertunjukkan/performancer ..... itu tergantung dari beberapa parameter, antara lain:



  1. tempat dan tanggal & jam, detik kelahiran
  2. orang tua pencipta dan tradisinya, agama, pendidikan, kepercayaan, lingkungan hidup masyarakat desanya, olahan hidupnya
  3. sekolahannya, dulu ketika sekolah belum ada maka ada perguruan, Asram, Padepokan, tempat mengaji anak anak.
  4. masa kanak kanak adalah juga masa penentu untuk mendalami seninya, expressinya dimasa datang.
  5. pekerjaan sehari harinya, alah bisa karena biasa. Ada unsur tradisi, upacara sehari hari sebagai unsur penentu.  (determinant element/parameter)
  6. wataknya, yang akan menentukan kesenangan, tingkah lakunya, dipanggung ataupun dikehidupan. Bila teater (ah, gantilah kata teater dengan sandiwara) ada butuh panggung, kehidupan adalah penerang cahya bathin sang aktor.
  7. iklim lingkungan sebagai katalisator yang sangat membantu dan juga bisa merubah arah, cara, tujuan dan referensi baik-buruk, iya-atau tidak.


Di Paris, senang dan bersyukur bisa melihat l'Age d'Or (dengan topeng Comedia del'Arte) nya teater du Soleil sutradara Ariane Mnouchkine di Cartoucherie de Vincennes, Mesure pour mesure nya Peter Brook di Bouffes du Nord.

Lima tahun kemudian rupanya saya dikaitkan dalam bahtera teater resetnya Peter Book untuk ikut mengkarya bersama "la Conference des Oiseaux" dari Mantik Ud din Attar (Persia) yang dianggap sebagai roh Sufisme.

Ah, haaaa, terkenang saya ketika pertama ikut mas Willy WS Rendra dengan Kasidah Bardjandji, saya menyanyi dan menari dengan rebana. Ingat dangan mas Syubah Asa yang mengajarkan saya mengucapkan "Bismillah .irrahman irrahim....." kalimat berwasiat agama Islam. Sebagai aktor pencari pe-pengembara, kalimat itu menggetarkan sukma bathin saya, lebih lebih dengan Rendra kita sering nyemi ketempat angker, Sendang Kasihan, Parang Tritis, Kuburan Kota Gede ..... rasa gaib yang saya warisi dari keluarga Pemangku dari nenek saya (Mangku Gede Pura Tambangan Badung) memberi getaran dan cahya magis, memainkan senar sympatik spirituil didiri saya, tambahan juga dengan olahanintensip menekun Yoga dan Meditasi (bertapa) di medan penggodogan lahir bathin budaya di Jogya, tinggal kost di Pengok PNKA F20 dengan bapak dan ibu Daniel, satu markas, pura, padepokan penggemblengan bathin budaya saya. Putu Wijaya telah menggodok saya dengan satu kalimat yang terus mendering bagai genta pendeta atau kukul banjar:" pak (maksudnya tapak), kalau kau mau main teater, orang teater itu punya disiplin lebih pekat, lebih tajam, lebih keras, lebih disiplin dari tentara".

Wah sujud suksma Wid (panggilan  Putu Wijaya dari saya , di grup teaternya: Mandiri, Jogya). Kalimat syahadat mantra gaibnya Putu Wijaya terucap begitu, menurut pengertian saya yang sekarang, adalah lahir karena kebutuhan, karena kematangan suasana, terlontar meminjam mulutnya sebagai speaker. Sikap dan seni menterjemah seperti inilah yang saya kembangkan di peserta workshop Tribuana di Eropah, Amerika latin, Tchad. Sikap aktor pemangku, acteur serviteur, actor servant, the one who serve a story, a mask, their costume/dress.

Dengan gaya memangku sesuatu yang lebih penting dari dirinya sendiri, maka dia mendapat galian ilmu yang datangnya gaib sekali. Dari mana? ha haa, segala yang tumbuh bukan datang, tapi muncul dari dalam. Segala yang diluar diri, telah ada photokopynya membayang, memetahora, melambang didiri sendiri.

Dua topeng Penasar yang mendasari pikiran pemain dan penonton untuk melihat, mendengar, menghisap sari sesajian, haturan, pertunjukkan, tontonan. Ahh, tradisi Bali lahir, tampak, ada tontonan bila ada upacara di Pura, upacara manusa yadnya, atau dewa yadnya, sebetulnya, juga sebagai sesajén untuk "mereka yang tak terlihat", orang bali bilang Dewa, Betara, Sang Hyang..... haurs dimengerti, mencapaian, pertunjukkan, penyembahan tidak harus berhenti di benda, di arca, di topeng, di karakter yang dimainkan, di'amin'kan, aman ..... hati tenteram sesudahnya.

Sekolahan saya di Universitas Gajah Mada saya tinggalkan ditahun ketiga.... uang kiriman bapak banyak digunakan membeli komponen electronik untuk Radio Amatir, Bahana Dewata di Asrama Saraswati jalan Mawar 10, Baciro, Ngayogjokartohadiningrat, dengan Budi Satria sebagai pahlawan insinyurnya. Kami berdua di Pengok PNKA F20, melahap malam hingga suntuk dengan solder ... ini berapa Ohm tahanannya, atau condensatornya berapa Farad, agaru arus nya ..berapa mili amper, per tekanan berapa volt ... dst.

Sementara ASDRAFI Ngasem di sore hari dengan Bulak Sumur atau Djetis dipagi hari untuk Fakultas Tehnik jurusan Mesin telah mencincang saya dengan dua pole, dua titik tarik penentu masa depan.

Yang terang nyata uang kiriman sering habis sebelum bulan habis. Duit pertama didapat dari main teater dengan Putu Wijaya di Jogya. Dan kemudian Rendra meminta saya untuk memperkenalkan pernafasan Bali, karena Putu Wijaya memberita di Bengkel bahwa Tapa menekunani Yoga tiap hari , pranayama, meditasi. Betul dalam masa beberapa bulan saya bangun jam 4-5 pagi untuk duduk, diam, asana yoga, hingga jam 9-10 pagi. Waktu itu sekolah: universitas Gajah Mada dan ASDRAFI, jadi cincangan, perbincangan, kemudian... Bengkela teater Rendra telah memberikan sesuatu pemenuh kepuasan rahir, bathi, budaya saya. Rendra dengan karismanya, taksunya.

Camping Culture Bengkel teater membawa puluhan anak muda, yang alim juga yang sedang mencandu ganja, speed, narkotik berjalan semalam suntuk, dari Jogya ke Parang Tritis, 30 kilometer. Mas Willy menugaskan saya harus menjaga garis belakang. Tak seorang pun boleh berjalan dibelakang Tapa. (nama resimi sekolahan kelahiran saya adalah I Gede Sudana, Tapa adalah anugerah teman pergaulan persaudaraan di Asrama Saraswati, yang saya cangkokkan di paspor pertama saya, ketika Sardono mengajak ikut ke Eropah, dengan minta setuju bapa I Gede Madera, sudah tentu hormat dan bhakti saya, sebagai anak tertua dari 13 anaknya)



Camping Culture Bengkel Rendra telah memberi saya banya bekal, yang buah dan kembangnya mengembang di workshop Tribuana di luar negeri, nantinya, nati sekali, harus sabar me-nanti.

Diantaranya, dari 27 ladang pengolahan Tribuana (mata pelajaran) adalah yang namanya TOTEM Tribuana, itu cerdik cipta mas Roedjito. Hormat, sujud pada mbah Roedjito yang sudah mengawang sekarang, berada dimana-mana, seperti Rendra, Pugra, Gerindem, Tempo, Madera, Siki, .... Michel Martin, Onuma Sensei, Peter Brook, Kalari Payat master, Mister Sakai ... Guru Shakuhachi saya di Tokyo, ...



Acteur serviteur, pregina pemangku, memangku cerita, mangku marga jagad kecil ke jagad raya, adalah jalanan  .... Tribuana




mardi 14 octobre 2014

Gym Tribuana 125, daily home ritual





senam pagi kesehatan, warisan bapak saya, I Gede Madera almarhum, yang ditahun 1950 an menyusun gymnastik (taéso) untuk sekolah dasar di Denpasar.

Terkenang saya, dengan Bapak (almarhum) yang setiap pagi dengan speda motor Ducati, kemudian, Ariel, berkeliling dibeberapa sekolah dasar .



Kami melakukan senam pagi sebelum duduk dibangku sekolah dari jam 07:00-07:15. Men sana in corpore sano. Sehat mental, sehat badan.



Warisan itu, yang ada dibadan anaknya, bangkit dan menerus. Senam pagi di youtube, saya lakukan sebagai lanjutan tradisi ber"sesajen" setiap pagi, seperti tradisi di Bali, "ngejot sesudah masak".



Disini saya hidupkan suara Ah, Ih, Uh, Eh, Oh ...dll. sebagai bayu-swara, bayu prana, memberi hidup, memberi warna emosi.



Selama melakukan gym tribuana 125 ini, saya mendengarkan juga Bhagavad Gita Bab 2/18, sebagai rangkulan bathin. Text nya berbahasa perancis. Saya komposkan juga musik menemani , pikir berkembang.



Gerakan lahir dan disusun secara langsung, improvisasi, dari perbendaharaan ilmu gerak yang saya pelajari, dipetik dari Tai chi Wu, Silat Bangau Putih Bogor aliran suhu Subur Rahardja almarhum, latihan gerak kesehatan Taoist dari master Mantak Chia, ilmu Panah Jepang Kyu Do sensei Michel Martin dan Onuma Sensei serta seni tambur Jepang Kodo, oleh oleh dari kerja saya dengan Peter Brook 1979-1991, 4 produksi, diantaranya: Mahabharata.




lundi 13 octobre 2014

Tribuana interview 1 by Valentina Grigo



Interview dari Valentina Grigo (camera) di Teatro del Montevaso, Francesca Pompeo, ketika saya mengendarai workshop Gurndtvig untuk peserta dari 7 negara Eropah, dalam rangka thema European Integration, ada sepuluh video pendek yang diambilnya waktu itu, disini saya persembahkan yang pertama dari 10, seada waktu pengambilan video langsung, tanpa editing.
Workshop berjalan seminggu, ada 8 bahasa terlibat: Turki, Rumania, Bulgaria, Yunani, Spanyol, Italia, Perancis, dan bahasa inggris.

video workshop Grundtvig Montevaso 2011, silahkan klik disini.

jeudi 25 septembre 2014

Law and Language - Santos Bonacci Part One





Ini ada Santos Bonacci yang membuka jalan ke ilmuan, jalan kesadaran, jalan agama, jalam hidup kemanusiaan, jalan lingkaran mengelip spiral dari WAKTU, KALA dengan semua magis Zodiak nya.....
Silahkan melihat videonya yang lain. Klik disini Playlist Santos Bonacci.

Menghirup kesegaran udara, menghisap sari keheningan buah olah  pikiran,  manusia dengan polahnya bisa mencinta, menyenang, membenci, maka diluar warna warni emosi dan tingkah laku, ada satu cahaya yang sinarnya tak tertangkap oleh mata badan ini, tapi dalam keheningan, meditasi, MATA MALAM  kesadaran akan mengawini MATA HARI kehidupan, mata ilmu pengetahuan, mata kepercayaan, keyakinan ...... yang perlu dibangun dalam beberapa siklus re incarnasi.

samedi 20 septembre 2014

Renungan tentang REKLAMASI projek Benoa, Bali ditahun 2014

Dari Perancis, artikel ini akan dilestarikan / di up-dated sewaktu -waktu dari gua pertapaan saya di Prancis,
saya ingin ikut "ngejotan" manah pikiran seantukan wénten keraméan indik "Benoa" .... taman apung perturisan ?
Kala dulu , dari dulu orang yang tinggal dipulau Bali telah membikin tempat per"turisan" untuk para "dewa", bethara/dewa-dewi sebagai pembendaan bayu alami, taksu desa/tempat, untuk persinggahan para "dewa-dewi bethara yang tak terlihat, both invisible and visible take care of the well being of Bali, sekala ring niskalané pada sami ngeraksa kerahayuan ring tanah Baliné, Orang Bali, seperti orang kepulauan asli di Nusa Antara Polynesia,  pada awalnya mereka membikinkan "pelinggih" sebagai bayangan taksu tenaga gaib alami, yang oleh orang-orang setengah-berpendidikan disebut penyembah berhala, animis, .... I guess we must understand that beyond matter there are electricity and magnetism that can be considered as invisible power = taksu.

Kenapa saya ikut berkenaan akan nasib Bali? juga nasib dunia, sebisa kita. Sebagai warga dunia kita harus ikut berbakti, ber yadnya untuk lingkungan, bumi dan langit, matahari dan tanah air yang menghidupi kita. Mem personifikasi tenaga gaib alam, artinya juga mem bentuk-manusia-kan tenaga/roh gaib alami adalah satu budaya kemanusiaan, dalam berexpressi dikehidupan; Untuk memudahkan peresapan yang bayu-tenaga gaib yang niskala, yang diluar jangkauan 5 indera kita, maka manusia, membikin perwajahan dari tenaga gaib tersebut, Dewa, Tuhan, Hantu, Raksasa, Malaikat ...dsb. Sudah tentu diwaktu kemajuan masa akhir KALI YUGA ini, kita orang priBUMI sebagai salah satu anggota 9 planet MATAHARI, akan memasuki bersama dwapara yuga selama 2400 tahun, Treta yuga 3600 tahun, .... Satya yuga 4800 tahun .....


What is yuga? sorry, ini saya mengutip dari http://www.dwaparayuga.com/2007/08/dwapara-yuga-arc-of-history-life.html

The Hindu ages or Yugas are summarized below, with their Greek equivalents.

Ascending Arc

Kali Yuga or Iron Age
From 500 AD for 1,200 years
Characteristic: Materialism/ignorance

Dwapara Yuga, Bronze Age
From 1700 AD for 2,400 years
Characteristic: Space-annihilators

Treta Yuga or Silver Age
From 4100 AD for 3,600 years
Characteristic: Time-annihilators

Satya Yuga or Golden Age
From 8900 AD for 4,800 years
Characteristic: Harmony with divine plan

Masa kini, ketika anak anak manusia telah bersekolah, mengembangkan seni bahasa ( untuk hubungan antar manusia), dan mathematik (bahasa alam,  ilmu phisika), maka demokrasi yang dijunjung kemanusiaan adalah menghormati dan mengerti isi otak manusia. Dan juga mengerti kehendak alam, dengan bahasa alam yang tertulis dengan tinta bercahaya alias sinar matahari, bintang dan planet semesta, serta bahasa bumi, pergerakan bawah tanah, gas bumi, lahar berapi, tsunami, dll.
Silahkan tengok tarian tektonik, bagaimana daratan dan samudera, tanah air menari sejak 100 milyun tahun.  atau silahkan klik disini, lihat kalau ingin tahu. Earth  is growing, transformed.

Sudah sewajarnya yang menentukan nasib pulau Bali adalah penduduknya, bukan karena penjualnya telah menandatangi projek di pusat pemerintahan Jakarta. Dimasa adanya pemilihan umum, menghargai demokrasi, marilah kita kembangkan tradisi yang memang sudah ada di Bali: "pauman, sangkep di banjar", mengungkap buah pikiran, mengasah ketajaman otak, manah, wacika, untuk kayika mencipta bersama.

Bayangkan bila kata PEMERINTAH diganti dengan kata PEMANGKU. Pemimpin tidak lagi memerintah, melakukan perintah-perintah, atau hanya mengatur (peraturan) atau menetap (penetapan) tetapi memelihara, ber cocok-tanam-tumbuh, bagai pemangku, Hamengku bhuwana,  penjunjung, Penjunjung langit yang memayungi bumi dimana kaki berpijak dan rumah berada, .....

Waktunya para muda yang terpelajar mengembangan tetabuhan gamelan ber expressi, meleganjur apang tak terlanjur salah menentukan nasib hari depannya.

Apakah projek Benoa telah memperhitungan juga tentang arus lautan, eco system? Mengerti kehendak alam. Kenapa di Bali ada pura Sad kahyangan, yang memagari pulau Bali dengan antena dewa-dewi? Dan setiap desa mempunyai tiga pura? Plus Pelinggih-pelinggih dengan tenaga magis tertentu, seperti sumber air mancur, air benih kehidupan, tirta manik maya pauripan.

Dibawah ini ada kaitan internet, yang memuat gambar terlampir: (terimakasih penulisnya yang ada di http://nakbalibelog.wordpress.com/2013/09/01/teluk-benoa-jalan-toll-dan-reklamasi/

 

Keterangan gambar Teluk Benoa, googlemaps.
1. Bandara International Ngurah Rai
2. Pelabuhan Laut Benoa
3. Pulau Serangan yang sudah direklamasi
4. Rencana pulau baru (ini perkiraan penulis RANBB)
5. Tanjung Benoa
Terima kasih kepada Raré  Angon Nak Bali Belog, RANBB, seorang arsitek 3D rupanya, yang telah memuat  juga maket 3D Benoa Master plan

 Selebihnya terima kasih pada ibu Aryani atas bagi-bagi berita dari Nyama Braya Bali di Jerman.

 Saya, sebagai orang yang lahir tahun 1945 di desa Pemecutan, Banjar Pemedilan, bapak seorang guru, kakek mangku di Pura Tambangan Badung, nah, saya dibesarkan dengan pendidikan budhi pekerti tradisi Bali, S.R.Pemecutan tahun 1951, SMP Negeri 1 Denpasar, SMP Sumbawa Besar, SMA Negeri 1964 tamat, lalu plonco di Kedokteran Udayana, tapi lari ke UGM bagian mesin di Jogya, plonco lagi, ...... merangkap di ASDRAFI Ngasem, Teater Mandiri Jogya Putu Wijaya, Bengkel teater WS Rendra, Dance Teater Sardono W. Kusumo ke Paris 1974.

Bersama ini tiyang/saya kutip-cetak beberapa email saya untuk warga Nyama Braya Bali di Jerman yang rajin menkaji, merespon hal hal penting terjadi di Bali.

email pertama dikirim oleh ibu Aryani kriegenburg-willems
yang isinya begini:

Le 15 sept. 2014 à 13:39, 'Aryani Kriegenburg' Magenta67@gmx.de [Nyama_Braya_Bali] a écrit :
Om Swastyastu,
Semoga kalian semua ada dalam keadaan baik. Saya ingin mengajak kalian semua untuk berbuat sesuatu dalam penolakan Bali Reklamasi.
Mungkin ada sebagian yang membaca ini merasa direpotkan, saya harap sampai disini berhenti membaca dan menghapus mail ini, yang tertarik silakan lanjut.
Tidak bisa rasanya kita hanya berdiam diri, sementara di Bali saudara2 kita berlawan dan berjuang untuk penolakan Reklamasi teluk benoa ini. Mai kita ikut berbuat sesuatu, sehingga para Investor tahu bahwa tidak hanya segelintir orang Bali yang menolak perjuangan ini, tetapi masyarakat luas yang tidak ingin Bali tenggelam.
Ini link bagi yang masih kurang jelas dengan apa yang saya bicarakan.
Kami di Hannover akan melakukan rapat untuk sebuah pergerakan penolakan.
Bagi yang tertarik bergabung, memberi semangat, ikut perpartisipasi, kami akan sangat berterimakasih.
rencana kami adalah malam pengumpulan dana untuk perjalanan perjuangan teman2 di bali, dan mengundang masyarakat / Organisasi lingkungan alam di jerman ikut menyertai perjalanan ini.
Kapan acaranya masih belum pasti tanggalnya, yang jelas di bulan Oktober, sebelum Pak Jokowi dilantik jadi Presiden.
Suksma atas perhatiannya.
Om Shanti, Shanti,Shanti Om...
aryani kriegenburg-willems
hasterweg 36 30459 Hannover


saya menjawab, dengan sumbangan renunga sbb:

15 septembre 2014 23:44:49 HAEC
Om Swastyastu,
trima kasih bu Aryani Kriegenburg atas ejotan/ bagi-bagi beritanya tentang ke berkenaan nasib Bali tercinta

tiyang membaca link artikelnya http://www.forbali.org/ Bayu Pramana,  yang ada gambar balé kulkul Kesiman dan Pemecutan (tiyang saking Pemecutan, masih ingat dan tergambar dibayangan balé kukul Puri Pemecutan ketika zaman Cokorda Gembrong (Cokorda Pemecutan) masih me Raja di desan tiyangé.

Tiyang belum jelas yang ditolak itu apa. Yang dimaksud tolak Reklamasi... yang direklamasi itu secara jelas apa? dimana?
Sudah tentu tiyang meraba juga bibit yang negatif yang tiyang alami ketika ditahun 1950 an tiyang suka naik sepeda ke Sanur atau Kuta..... Sanur waktu itu, telah ditembok Pantainya untuk Bali Beach Hotel, kita dilarang dan dibatasi tembok dipantai ..... akibatnya, sirkulasi arus alami terbendung, kemacetan aliran energi alam akan menimbukan...penyakit. Pembuktiannya bisa cepat atau lambat, tergantung berbagai faktor penentu. 
nah seberapa manusia bisa menembok ombak tarian alam.??

Rupanya sekarang telah meraja lela perdagangan manusia,
 segala keheningan dan kegaiban alam siap dijual, demi ... manusia membangun, merobah alam sekehendak "daya ciptanya untuk keuntungan manusia tertentu, bukan untuk menghormati "Dharma/hukum" alam yang telah ada disitu ribuan tahun lebih ..... mendamai kehhidupan yang harmonis.
Konon kita punya awig-awig tata pembangunan asta kosala kosali yang sejenis dengan Feng Shui nya orang Cina.

Nah disitu kenangan lama, membibit, dan saya mencoba menerka apa yang telah ditulis di PERPRES N0.51/2014
Pencarian saya, sebagai sumbangan bahan renungan pikiran (manacika, ke wacika, untuk kayika tri Kaya Parisudha, karena tiyang tak bisa menyumbang uang), antara lain ini:

Rakyat Bali Selatan dan wilayah pesisir Teluk Benoa resah dan tegang. Sebab Teluk seluas 838 hektar ini mau diurug atau direklamasi oleh PT Tirta Wahana Bali International (TWBI)

Disini saya mengerti sedikit bahwa  PT Tirta Wahana Bali International (TWBI) mau me "REKLAMASI" sejumlah teluk Benoa yang mau ditimbun ..... seperti itu solah olah miliknya.... hmmmm.

Menurut tiga unsur penentu:
1: kehendak manusia, hmmm, saya maksud manusia bijaksana berbudaya Sanatana Dharma = mengerti hukm semesta abadi.
2: hukum/peraturan/penetapan/ negara sebagai "bukan pemerintah", tetapi sebagai pe"mangku" kehendak semesta (di semesta ada 3 kehidupan dan mineral (matter= energy: Einstein)
3: hukum/Dhrma Alam semesta, ...hmmm, seberapa jauh kita bisa mengerti kehendak alam, dimana penduduk Bali sejak dulu mewujudkan tempat pemancar Radio/TV Alami yang berbentuk pelinggih, pura, candi ..... 

Di Pura, ditempat suci di Bali orang bersembah Hyang, tidak ada pendeta yang berceramah, karena disana ada ceramah langsung dari "cahya kegaiban ALAM langsung berkomunikasi dengan manusia, meski orang Bali-Hindu-Animis nampaknya menyembah "sesuatu" didepan batu, pohon, pelinggih .... yang sebetulnya seperti pembaca ketahui dan mengerti, semua yang ada diluar diri manusia ber"agem"an, acep ciptanya menembus segala kebendaan yang ada disekelilingnya. Tanpa Sarana bagaimana mencapai hasil? dan tujuan?

Agar masa bergerak dengan kesadaran buah pikirannya, mungkin perlu dimuatkan berita berdata kenyataan yang ada, peta Google, projeknya, tanah-air yang di reklamasi oleh perusahaan, tujuan projeknya, dll. Seni meditasi, membangkitkan kesadaran candra surya didiri.
Bagi yang terbuka budhi dayanya, ini tentang meditasi https://www.youtube.com/watch?v=92y2QYTwjWU

Reklamasi bisa membangkitkan seni berpuisi, seni berlagu bersama, ngakepang manah tur nyakupan tangan sembah Ida Hyang Wit, Hyang Asal, Widhi, Dharma ALAMi.

Dalam membangkitkan iklim "Demokrasi" yang diutamakan dan dujunjung dunia sekarang ini, sebetulnya dimasyarakat Bali ada tradisi dibanjar yang namanya "Sangkep". Untuk itu kiranya membuka kecerdasan berpikir, menganalisa keADAan perlu kita kembangkan bersama. Sehingga nanti tindakan akan datang dari dalam hati sukma peng Karmanya, buah Sadar.

Senang sekali ada kebangkitan kesadaran, yang terus melahirkan gerakan massal dalam bentuk seni expressi Bali, Seni suara, tari, musik, puisi, mekekawin, kawin manah dengan Arus taksu hukum alam: Sanatana Dharma.

Ingin tiyang ikut ke Bali menyumbang buah pikiran dan semangat, ahhh, keinginan dimasa pensiun, tiyang cukupkan mengibar manah ring pakeliran internet kewanten rumiyin, sinampura semeton sareng sami, keterbatasan kemampuan saya.

Sudah tentu saya menolak "REKLAMASI TANAH AIR BENOA" yang di reklamasi, mau dipergunakan untuk kepentingan para sponsor pembangun .... membuat pulau baru,  sudah tentu bila hutan baku di Benoa hilang banyak eco sistem akan diperkosa, Sedih, sedih hati, sudah wajar dan alami kita dibangkitkan semangat kita untuk menyumbang pikir, bayu/semangat, uang... (bagi yang punya 3 kekayaan tsb.)


Terima kasih pemberitaannya bu Aryani,
saya telah menerima 4 email yang sama isinya,
saya terbuka dan ingin ikut menyumbang sebisa kemampuan saya.

Untuk memperluas kesadaran dengan bacaan buku ilmu semesta, 
apa yang ditulis langit bercahaya oleh para bintang dan planet semesta dirangkaian Zodiak .... sedikit membuka pengetahuan ke 4 yuga nya Veda Sanatana Dharma:

https://www.youtube.com/watch?v=LAgd5KS-ULc   sadar akan adanya SIRIUS, pasangan MataHari



dst.

salam sejahtera
mari membangun cipta bersama via internet
dan menerus sebisa kemampuan masing masing
santhi .....
i g.tapa sudana

Kemudian, pertemuan email kedua:

Le 16 sept. 2014 à 16:32, 'Aryani Kriegenburg' Magenta67@gmx.de [Nyama_Braya_Bali] a écrit :
Liebe Katha,
nothing hebat about me- everything hebat about me ( like every Atman in every being)

Kalau ingin langsung berbuat sesuatu, ayo! menggambarlah, menulislah. Bisa media massa, Internet : di Facebook,Twitter, Instagram atau menyebar berita ini di berbagai milist.
diskusi, dialog apapun caranya, agar pemerintah Indonesia tahu, bali menolak reklamasi, dan dunia bangun dari tidurnya, berhenti melakukan kejahatan ekologi.
Sementara ini alasan Investor adalah : hanya sebagaian kecil rakyat bali menolak Reklamasi.
Selama ini yang tidak setuju memang kebanyakan diam, maka dari itu mari kita bicara sekarang.
Kita orang Bali cinta damai dan ketenangan tetapi tidak boleh diam kalau terjadi kesewenang wenangan.

Pada tahun 2012 presiden SBY menentukan daerah ini sebagai daerah konservasi ( pakai acaranya ngundang pemain bola terkenal )

lalu dua tahun kemudian, peraturan ini dirubah oleh yang membuat ( padahal sebuah perpres tidak bisa dirubah selama 5 tahun). Semakin diam kita semakin gila pemerintah ( DPR ingin langsung memilih pemimpin daerah)

Sudah saatnya kita bicara, bangkit, mengambil suara, menentukan sikap, aktiv berbuat. Jaman diam dan pasiv sudah lewat. 

Saya pasti akan kasih tahu kapan acaranya, sekarang saya masih me Lobby teman2 pejuang lingkungan hidup di Niedersachsen. Kami lagi mendesign sebuah simbol tolak reklamasi yang bisa di copy dan di print nanti, lalu dipasang di depan rumah kita masing masing. di foto dan disebar di media internet.

Buat bapak Tapa Sudana, suksma atas infos dan pembukaan hatinya. 

aryani kriegenburg-willems
hasterweg 36 30459 Hannover
0511- 3941851

Sumbangan pikiran saya sbb:
Betul Bu Aryani,
Indonesia telah melahirkan beberapa generasi sejak 1945 (ini tahun kelahiran saya)
Indonesia telah melintasi kebutaan berpolitik rawé rawé rantas malang malang puntung, ikut ikutan tanpa tahu apa itu politik, terhanyut dalam arus "amuk masa"
ini salah satu bayangan masa lalu bercerita yang bernama G30S https://www.youtube.com/watch?v=mUgZi_0kjAU saksi G30S https://www.youtube.com/watch?v=QuRyDAYbeYg
bisa dicari yang lainnya di youtube ... pelajaran yang penting, menyedihkan, ngeri,..

Apa yang perlu di teladan, apa yang perlu dibuang.

Tahun 1965 waktu itu saya sedang kuliah di UGM, dan ketika ronda malam ditempat kos saya, saya melihat komet dilangit dengan ekornya.... jam 02:00 malam, itu pertanda, konon, akan adanya peristiwa yang mengerikan, mengharukan, amuk massal, bunuh membunuh ....
hikmahnya: bagaimana menghindari diri dari hal hal yang kejam diperlakukan antar sesama manusia, bagaimana manusia bisa jatuh dalam aksi buas seperti itu?

Indonesia ada diatas sungai lahar gunung berapi bawah tanah yang tenaganya bisa melonjak, mendadak tak terkendali .... Lumpur Sidoardjo ....sejak 2006, gunung Agung, Tambora, Toba, ....

Kita harus sadar bahwa manusia ada dibawah kekuasaan kekuatan alam maha dahsyat, yang bisa terbangkitkan didiri diluar kendalinya.
ini dua renungan sumbangan saya:
Peristiwa Bali Nuraga di Lampung, https://www.youtube.com/watch?v=PkORTmranYA
ada juga amuk masa di Sumbawa Besar https://www.youtube.com/watch?v=aotJuRxHx7c

Apa yang bisa kita lakukan, via internet, mencoba menebarkan benih penerangan-kebijaksanaan, dengan sarana budhi daya, kebudayaan, menyalakan kecerdasan manusia, kebijaksanaan, tingkah yang hormat menghormati antar sesama, membuka kesadaran, meneliti mencari sebab musabab, awal munculnya pikiran , ke kata (berupa peraturan, penetapan presiden atau MPR  atu DPR, dll) kemudian kata menjadi tindakan.
Nah Ilmu pengetahuan? Sarjana dengan S S nya1,2,3,4 lilin ... memaniskan penjagalan antar umat beragama, antar suku, antara manusia "berilmu pengetahuan S .... penjagalan alam lingkungannya.

Kenapa kebudayaan? bukan saja agama? agama yang ada di Indonesia hanya terbatas digolongan tertentu, dan dunia telah memberikan kita berita, bahwa Jerusalem dengan 3 agama tak mampu mendamai kehidupan.Tetapi Agama juga marga spirituality, kerohanian, menteladan olah manusia ...Ramayana, Mahabharata dengan Bhagavad Gitanya : https://www.youtube.com/watch?v=eDZqHbgIQOU
Perjalanan kita panjang, entah berapa generasi harus digembleng atau dikorbankan.... Tsunami alami, tsunami tingkah polah manusia ....

Mencipta stiker ditemple didada, dikepala, dirumah, baju kaos dengan semboyan .... itu bisa mengingatkan, membangkitkan kesadaran; kemudian, lebih lanjut, persoalannya, kerjanya, operasinya adalah ...bagaimana dari baju, stiker mengubah watak manusia. Ha haa, seni mengolah watak, itu seni sandiwara..... rupanya bisa jadi ageman seluruh kemanusiaan, tapi kalau sudah di beri nama dan bahasa golongan, akan menyempit kuasanya bila seni interpretasi tak dikembangankan dengan dasar nurani perdamaian;
21 september, is peace day of the world, https://www.youtube.com/user/PeaceOneDay
peace with our "tanah-air" .....


Bung Karno mengumpulkan kepulauan Nusa Antara menjadi Indonesia. Bangsa Indonesia ditahun 1965 belum dewasa berpolitik, pecah belah.
Suharto membangun, bangunan, tapi intelegensia terkebelakang. Korupsi merajalela.  
Masa Gus Dur membuka kecerdasan otak, kesadaran ilmu. 
Sekarang banyak orang berilmu. Tapi ilmu diolah untuk korupsi.  Ilmu kepintaran jadi ilmu seni bela diri pribadi/golongan.
Dimulai didiri, korupsi informasi. Ini kesadaran atau kegelapan?

Seni membuat kalimat didiri.

Pengertian via ilmu, - --- pengembangan ide,  ---- mengukir mengakali orang lain dan diri sendiri --- ilmu yang meyakin punya jalan: ageman, agama.
otak kiri, otak kanan, politik kiri-kanan. Ilmu dan kepercayaan.
Waktunya membuka pauman, sarasehan, saling asah asih asuh, diskusi, sangkepan banjar bangsa, ..... 
saya kurang mengalami seberapa jauh kebebasan ber expressi sekarang di Indonesia. Melihat di you tube, rupanya expressi ok. banyak video; senang nonton wayang Cenk blonk.
 Expressi garang yang dulu dimulai dinyalakan oleh WS Rendra, seni mengungkap, mengurak;

Semoga bu Aryani nanti bila ke Indonesia bisa menyalakan kesadaran akan nilai tanah air kita kepada wartawati-wartawan, TV, Radio, para muda dan pemimpin Indonesia.
Sebisa saya membantu menemani marga pikiran .... dirgahayu marginé, tiyang ngiring pekayun rahayu semeton ida dané sinamiyan.

Om santhi ...
 ig tapa sudana

vendredi 12 septembre 2014

Semua melingkar mengorbit dalam irama musik semesta, mengenang sebelas september. ...angka ajaib ?

Can we imagine that a certain bamboo only blooming its flower ones every 75 years, or 150 years ....

Dalam dunia sandiwara kehidupan, adalah kemampuan membayangkan yang kita utamakan pengolahannya, bayang-bayang yang mengikuti peristiwa kejadian bagai layang-layang, senantiasa, sepanjang masa...., menentu,  waktu mewayangkan kejadian yang ada dan akan mengada. Ke -ada- an.

Bagaimana membayangkan, konon ada bambu yang hanya memberikan bunganya berkembang mekar sekali setiap 75 tahun atau 150 tahun...
Itu berarti "matahari" yang menentukan musim seminya bukan hanya sang surya yang kita lihat muncul setiap pagi.

Konstelasi para planet diangkasa luas, menentu merobah tarian semesta, memahat membentuk wajah bumi dan penghuninya, mengobah watak dan tingkah laku manusia, dalam cara gaya yang pelahan tak terlihat oleh mata dan tak terasa oleh semua sarana penginderaan manusia; kejadiannya juga bisa dalam bentuk bencana maha dahsyat mentsunami.....  ledakan gunung Toba, Tambora, bencana Fukushima di Jepang, ..... lumpur lahar volcanic Sidoarjo (LuSi) sejak 2006 melelehkan liur lidah lumur-api-gasnya.... hingga kini ....
ahh, nasib Worlds Trade Center made in manusia itu dijelaskan oleh Dimitri Khalezov (1:28:11), yang kembar megah mengangkasa,  blossssss amblos menghilang turun kelubang bumi tanpa tahanan, mengabu segala beton dan baja kerangkanya..... hmmmm, apa mungkin, masukkah diakal kalau tak ada satu kekuatan maha dahsyat, maha gaib yang disembunyikan oleh "kecerdasan cerdik licik" sang manusia penciptanya ? manusia? Sang manu yang men sia-sia, mengkorupsi kebenaran, sang manusia juga yang membuka rahasia rahsia, secara ilmiah, sejauh ilmunya bisa menjangkau pengertian pikiran.

matter= energy=mind
apa yang terbenda, memendam dendam bayu(prana, energy, tenaga)
apa yang bertenaga, bersuara kehidupan bisa membenda dibumi nyata, dan bisa menghilang diangkasa bayangan, pikir-pikir mengukir mengakhir.....

Dua bangunan raksasa, diruntuhkan oleh joblosan kapal terbang? yang tak diketahui dengan pasti pengemudinya? telah menteror kita semua manusia yang cerdas otaknya; dan ada bangunan ketiga, semuanya blos amblos turun kebumi,  tanpa ada yang nabrak, ha haaa ....hilang dalam kubangan. ya ada kubangan yang telah digali oleh satu tenaga gaib dalam sedetik, dengan ukuran dimensi yang pasti bisa menampung bangunan diatasnya, junjungannya.

Tenaga gaib yang membikin bola-kosong penampung dibawah dasarnya, dibawah sadarnya, dimana mercu suar berdiri diatasnya. Boum !! Deru ledakan tenaga dahsyat bisa menghancur segala menjadi abu, menghampa benda padat menjadi ruang kosong perangkul segala yang telah mendebu oleh ledakannya.

sejenak menghening, seni mencipta dalam sandiwara kehidupan, teater dunia, drama jagat raya.

Manusia sebagai aktor, akan mengakhiri masa Kali Yuga, memasuki Dwapara Yuga (selama 2400 tahun), kemudian Treta Yuga (3600 tahun berlangsungnya) kemudian Yuga keemasan: Sat /Satya Yuga 4800 tahun lamanya) ..... Konon Matahari dan 9 "anak planetnya" yang mengorbit diangkasa, menduet dengan pasangannya, ada "matahari cerminnya" yang bagai tangan kiri dan tangan kanan, yin dan yang: Surya dan Sirius, melengkap satu lingkarannya dalam 25 920 tahun  (lihat di 13:24 video youtube)...lebih kurang.

Rahasia semesta, rahasia kejadian yang dihakimi manusia kebenaran kenyataannya, dengan exoteric atau esoteric, dengan ilmiah atau marga misteri alami, bila satu ketika terbuka rahasianya, ....hmmm, sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian seumur hidup tak terbersihkan.

Nusantara Indonesia bersama irama semesta, semoga memasuki masa pencerahan menjagat, semoga ! Semoga sekolah, universitas dan lingkungan membentuk anak-anak masa depan yang jernih pengetahuannya, cerdas penafsirannya, selaras dengan niat hidup damai bersama, merayakan setiap hari dengan kebijaksanaan semua ilmu dan agama bermusik bersama. Celebration for peaceful life.

Nusantara Indonesia, manusia penduduknya ada dibumi permukaan yang dasarnya dijaluri oleh ular naga kawah gunung berapi, volcanic river, karena itu pengolahan ilmu dan watak yang meningkah laku kita perlu dibenahi, dengan sinar kebijaksanaan, sinar kecerdasan otak melihat, mengulas, mengolah keadaal. Improvisasi teater kehidupan tribuana, adalah pengolahan keadaan kenyataan yang ada dengan kebijaksanaan: pikir, kata, laksana = manah, wachika, kayika.

Physical reality and etheric/spiritual reality, exoteric and esoteric knowledge, oh... Sun and Sirius.

0 melahir 1, 1 mendua mencipta 3, 3 menjaring labah-labah semesta.

Bagaimana mengembangkan budaya Nusantara Indonesia yang bhineka tunggal eka itu?
Mari melihat sejarah kewaktu yang telah dilalui negara Indonesia, sebagai buku penuntun apa yang patut diteruskan apa yang pantas ditinggalkan. Untuk ini perlu kecerdasan perinterpretasi, kecerdasan dan kreativitas positif menterjemah.

Melihat dengan mata sang hari, 
membaca bayangan waktu dengan mata malam perenungan pencerah bathin,
hati-hati,
 karena manusia bisa bermadu dan berbisa
hantu dan tuhan manusia menentu
mengolah kenyataan,
improvisasi - memperbaiki -reparasi
.....
menimbang, mengimbang, melayang bayangan,
cipta dimulai dalam keheningan meditasi
satucipta - dyana - samadhi
damai dihati, damai disemesta
semoga


miss ... misteri, 
kegaiban rahasia alam yang mengamuk dibadan-bathin manusia,
menyadari tenaga bawah tanah,
sungai lahar bawah tanah,
panca indera yang tak terasah tak bakal mampu memandu mengendali diri dengan kebijaksanaan,
membaca mengerti tulisan dilangit, 
bintang-bintang membentang jalanan planet, nasib manusia dibumi,
tulisan zodiac buku astral 

(bersambung) 







lundi 8 septembre 2014

Apakah teater tigadunia? tapa sudana menyajikan haturan

Apakah teater tiga dunia?
Teater yang berparameter tiga:

  1.  mencerdas pikiran pencipta penterjemahnya, 
  2. umur kehidupan karyanya panjang menmanjang mengabadi, 
  3. rubah merubah mengembang mentransformasi sang actor, penonton dan lingkungannya, micro/macro kosmos kejalan harmoni diri dan lingkungan.
pikir, bayu, badan,
idé, tenaga, kenyataan/kebendaan.

ahhh, teater .... drama, kata buatan orang Yunani (?)

Menghormat pada para pemandu saya:
Putu Wijaya dengan Teater Mandiri Jogya yang pernah saya ikuti dan berkarya bersama. 1968-1970.

WS Rendra dengan Bengkel TEater Jogya yang saya ikuti karya ciptaannya: Qasidah Bardjandji, Oedipus, Macbeth, Hamlet, Pangeran Homburg, Mastodon dan burung Kondor akhir bhakti saya di Bengkel ditahun 1971 (73?)

Sardono W Kusumo yang menyertai saya dikaryanya "La Sorcière de Dirah", touring in Europe and Teheran ditahun 1974.

Dalam tulisan yang senantiasa berkembang ini, dan yang ingin berlanjutan dimarga teater kehidupan, saya berusaha menggunakan kata-kata bahasa Indonesia , kata yang telah lama mengakar tumbuh dibumi Nusa Antara kepulauan Indo Nesia, Indonesia (trimakasih deklarasi Soekarno-Hatta). Tetapi, bila ada kenyataan atau pikiran yang telah populer di masyarakat maka kata yang mewakilinya saya akan hormati, gunakan dalam peredaran pemaparan ilmu pengetahuan. Sesuatu yang berakar dibumi, apalagi dalam tembusan akarnya dibumi, maka panjang nun jauhlah cakrawala gemanya diangkasa. Dimana langit dijunjung? lihatlah dimana kaki berpijak. Antara bumi dan langit, manusia mengada bersama saudaranya sang tetumbuhan dan segala jenis binatang. Maka, rumusan ilmu angka, mathematik, yang satu (yang awal, sang hyang pemula) mencipta 2, 2 melahirkan yang ke-3. dan tiga unsur mengembang segala dalam tiga jenis kehidupan tersebut terdahulu.

Mari kita pakai kata: sandiwara tiga dunia.
Meresapi dan diresapi oleh sandi sandi kehidupan, wewarahan (bhs.Bali Jawa kuno, bahasa dulu di kepulauan Nusantara Indonesia) dan memperkenankan peresapan itu memasuki tiga dunia manusia:


  1. pikir, akal, segala yang diproses, dimasak di otak manusia, seni cipta, (acep di mata ketiga, adnya cakra)
  2. bayu hidup,  termasuk segala warna warni perasaan, segala manifestasi kehidupan dalam bentuk pemekaran (expressi) emosi, seni suara, ...
  3. badan, aksi, gerakan, tingkah laku, pekerjaan sehari hari 
Pelajaran untuk para calon aktor yang mulai saya rangkaikan sejak tahun 1975 di Perancis, berawal dari Himpunan PATRA, group teater tari yang dicipta oleh I Made Netra dan I Gede Tapa Sudana di Geneva. Grup teater ini terbentuk ketika saya dan Netra (almarhum) berkreasi di Geneva bersama grup teater di Geneva. Kedatangan kami ke Eropah, ditahun 1974, bulan february yang dingin, dibawa oleh Sardono W.Kusumo dengan pertunjukkannya :"La Sorcière de Dirah", diundang oleh Jacques Lang (pernah menteri kebudayaan Perancis). Grup tari, teater, penabuh, penyanyi dari Jawa dan Bali juga ada 4 anak laki umur sekitar 10 tahunan. La Sorcière de Dirah keliling di Eropah hingga Iran ditahun 1974 itu. Begitulah di Italia namanya "La Strega di Dirah", Roma dan Firenza.
Lebih lanjut tentang perjalanan saya mengembara bisa dilihat disini, singkatan CV saya.

Teater Tribuana, Sandiwara Tiga Dunia yang ingin saya persembahkan untuk Indonesia, Nusantara Indonesia, adalah hasil dari cocok-tanam-tumbuh-mekar saya di Eropah, Amerika, Afrika dari tahun 1974- sekarang 2014. Ada beberapa blog yang saya bikin, ada ratusa video di youtube yang saya rangkai bayangan dan musiknya, dari karya karya saya. Kata pencarian di internet: Tribuana, Tapa Sudana, Teater, dalam beberapa bahasa: Inggris, Perancis, juga ada terjemahan dalam bahasa Italia, Spanyol dan Yunani yang dibikin oleh murid  peserta workshop Tribuana, Theater Tribuana dan Theater of Life;

Untuk lebih nyata bersama ini ada beberapa rangkaian kaitan internet, links:

Theater Tribuana http://theatretribuana.blogspot.fr/
Tribuana theater of Life  http://tribuana-theater-of-life.blogspot.fr/
Gym Tribuana http://gymtribuanabali.blogspot.fr/
Champa Tribuana  http://champatribuana.blogspot.fr/
Tongkat Tribuana  http://tribuana-tongkat.blogspot.fr/
Workshop Tribuana  http://tapasudana.blogspot.fr/2008/03/tribuana-theatrical-workshop-2008.html

Masing masing blog memuat juga kaitan dengan video youtube, misalnya tentang workshop tribuana, dilakukan di studio, sekolah teater, permintaan gedung teater, didesa, dihutan, dialam  diluar suasana sekolahan, ....
Di Caracas, peserta seminggu workshop tribuana, peserta dibawa dengan satu bus ke hutan. Disana kita bisa mengolah kerja organisasi hidup bermasyarakat, membuat totem ditempat yang dipilih diantara keperawanan alam.

Ditahun 2013, seorang siswa Tribuana (Antonio Cargnello dari Teatro Invisibile, Padova, Italia) telah menciptakan Marga Pura , satu bentuh dari cabang Tribuana theater of Life, dalam gaya pesantren atau ashram, atau pencarian "diri", dengan jalan teater tribuana.

logo tribuana, terdiri tiga bentuk, 3 forms:

  1. segitiga, melambang pikiran, mencipta idea, isi kepala, komputer-bio.
  2. lingkaran mengelips, melambang isi rongga dada dan perut, sarana merubah mencipta materi menjadi tenaga bayu hidup, rongga Einstein: E=cM
  3. segi empat melambang materi, kebendaan, pencipta memperbanyak ciptaan hidup yang ada, menganak beranak, yang sebetulnya bisa di rumuskan secara inti 2x2, dua unsur, laki perempuan, yin yang, bapa+ibu=anak-anak, pos+neg = listrik, dst.
Apakah mata pelajaran Tribuana?
Bagaimana berlakunya di "sekolah teater?" , di workshop ? di kehidupan sehari-hari?

Nah, mulai hari ini, 2 september 2014, saya akan berusaha menterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, apa yang telah saya tulis di blog-blog diatas, sebagai catatan sang WAKTU, bethara KALA . Itu sudah tentu terimakasih atas keterampilan saya yang senonoh tak beraturan.

Saya, ahhh
Sahaya, adalah sejenis hamba yang memangku tugas kewajiban apa yang telah sedang dan akan diadakan oleh Dharma,  Aturan Alam Semesta (ada yang menyebut HUKUM ALAM ABADI = Sanatana Dharma)

Sedikit pandangan saya, saha, hamba, pemangku, sebagai satu planet di angkasa kemanusiaan.
Coba renungan dan bayangkan sejenak: kita manusia yang terorbit di bumi kehidupan, dan di sono oOOOO, onok, ada lah sang MataHari, sang Surya, sang Cahaya (yang bercahaya menerang, mencipta dan membakar menghapus) yang tampaknya selalu beredar dilangit bumi, yang sebetulnya membawa planet-planet iringannya: mercurius, venus, bumi, mars, jupiter, saturnus, uranus, neptunus, pluto ...... 9 planet (ahh, ada cuma 9 angka, satu kebetulan). sang surya berkeliling menorbit maha marga yuga yang konon kurun waktunya 24 000 tahun (dibulatkan, dipergampang dari 25900 tahun)

dans tak terlupakan, jangan dilupakan bagi orang yang menghirau pengaruh zodiak 


Astrology sebagai marga agama, ilmu pengetahuan, marga kehidupan, filsafat, dll. yang ada, telah ada dan akan mengada.

Nah sadar akan posisi ke a d a an kita didunia ini, lahir pada detik tertentu dilangkaian WAKTU semesta angkasa raya.
Apakah pertanyaan yang muncul diotak? Siapa saya? Apa peran saya? Tugas saya, dari tugas kewajiban mengambil hak. Ataukah dari hak ke kewajiban? 

Siapa yang memerintah? Pemerintahan atau kesadaran diri sendiri?

Marga kesadaran adalah marga utama dari teater tigadunia.

Negara Indonesia yang terdiri dari rangkaian pulau-pulau Nusa antara puluhan ribu banyaknya, beberapa penduduknya, pulaunya telah ditembusi oleh beberapa liran budaya, aliran agama: Budha, Hindu, Islam, Kristen, Katholik, .... yang pada awal mulanya mereka percaya akan adanya roh di lingkungannya, roh yang bisa disebut Hantu atau Tuhan yang menghantui manusia sekarang, bila kita tak sadar bagaimana menterjemah keadaan, menterjemah kata-kata, menterjemah emosi epressi.

Seni Sandiwara, seni meresap dengan panca indera, lima pintu alat peresapan kemanusiaan; seni merasa, mengerti, mengarti, meninterpretasi, menterjemah untuk? hmmmm, disinilah medan olah cocok tanam memekar hasil renungan ke karya, ciptaan bersama. Seni sandiwara memungkinkan kita membengkeli wahana sang roh yang perlu dibenahi, agar jalan, tingkah, olah plahnya dikehidupan mementaskan kebjijaksanaan keindahan aneka watak kemanusiaan yang beradab. Disini kita perlu mempertanyakan, meneliti bagaimana menghidupi olah Kepribadian yang beradab? ke Tuhanan yang disebut Maha Esa di Panca Sila dasar negara Indonesia Nusantara. Bila Tuhan itu satu, Maha Esa, maka, cobalah Tuhan tanpa nama, tuhan tanpa agama yang menfanatik, tik tik menitik, tapi menerus menembus kata kata.

Mas Willy, W.S.Rendra yang saya temani di gerak nurani di Ketanggungan Wetan malam malam hingga dini hari, nyepi ke kuburan Kota Gede, Camping culture di Parang Tritis, Mengolah kasih di Sendang Kasihan ..... Ketanggungan Wetan Jogyakarta telah mencetak seorang Rendra yang merenda dirinya menjadi "mobil bengkelannya" sendiri. Belau telah menembus dua agama di Jogya dengan dua istrinya: Katholik dan Islam, ..... hmmmm, baru hari ini, dicerah mentari musim gugur di Montreuil, Timuran Kota Paris, saya dikerlipi sinar mentari menjelang bulan purnama di siang ini, 8 september 2014, menseri senyum, berkata:" Apakah mas Willy sang perkasa petualang yang jalang akan mengurak lain agama lagi untuk membengkel roh manusianya, menyelusuri roh pecinta pemangku pencipta semesta yang satu itu, yang mengakar dibumi pertiwinya? ....." Leluhur yang diluhuri, akan memashur satu ketika, meski para pemandu hanya meninggal nama dan karya, karya semoga masih membara, ...dengan hembusan prana bayu akan mengapi menerang memasak waktu ....
semoga, marga keharmonisan lahir segera.... menyegar seni menterjemah dalam cipta karya seni tiga dunia, seni kata, seni swara/musik, seni gerak.



....bersambung ...